Untuk Mencegah Penyebaran Penyakit Menular, PAEI Provinsi NTT Di Kukuhkan

Untuk Mencegah Penyebaran Penyakit Menular, PAEI Provinsi NTT Di Kukuhkan

PAEI NTT – Demi mencegah penularan penyakit epidemi di NTT makin meningkat, maka Dinas Kesehatan Provinsi NTT dan Perhimpunan Ahli Epidemilogi Indonesia Pusat membentuk PAEI cabang Provinsi NTT. Pembentukan PAEI Cabang Provinsi NTT diikuti pengukuhannya yang dilakukan pada Selasa, (8/8/2017) di Sotis Hotel Kupang. Pengukuhan dilakukan oleh Ketua PAEI Pusat DR.dr.Hariadi Wibisono, MM.

Dalam sambutannya Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT menyatakan bahwa pembentukan PAEI di NTT sangat penting dan mendesak dalam rangka ikut mendeteksi dini dan mencegah penyebaran penyakit menular di NTT.

“Dengan membentuk sebuah ikatan profesi mereka akan saling mendorong dan menguatkan. Karena peran mereka sangat penting dalam ikut mencegah masalah kesehatan di NTT. Dan kepengurusan ini adalah yang pertama kali di NTT dan provinsi kelima yang sudah membentuk PAEI ini. Dan kami pemerintah mendorong sehingga mereka tetap ada dalam satu kebersamaan dan anggotanya akan di dorong punya pengetahuan yang bagus dan diharapkan dan pemerintah akan mendorong agar kebijakan-kebijakan yang berdasarkan pada epidemilogi akan dibuat.”tandasnya

Sedangkan keinginan untuk menjadikan NTT bebas malaria 2023 menurut Kadis Kesehatan bisa dicapai dengan bantuan para ahli epidemilogi, dokter serta tenaga kesehatan, masyarakat dan ssmua stake holder harus bekerja sama agar bisa mempengaruhi dan memastikan bebaskan plasmasium dari tubuh manusia dan tubuh nyamuk. Caranya dengan menemukan kasus dan katakan kepada penderita agar jangan lagi mau digigit nyamuk yaitu dengan memakai kelambu. Dan tahun 2017 ini kadis nyatakan akan bagikan 1 juta kelambu gratis kepada masyarakat NTT.

Upaya lain adalah mencegah perkembangbiakan nyamuk dengan membersihkan kan lingkungan dan memutus mata rantai perkembangbiakannya dengan menyemprotkan pembasmi atau vogging.

Untuk Mencegah Penyebaran Penyakit Menular, PAEI Provinsi NTT Di Kukuhkan

“Upaya menjadikan tahun 2023 NTT Bebas Malaria adalah dengan cara menemukan penderita dan anjurkan agar jangan lagi digigit nyamuk selama beberapa hari setelah itu, lalu membebaskan plasmasium dari tubuh manusia dan tubuh nyamuk, memutuskan mata rantai perkembangbiakan nyamuk dengan membersihkan lingkungan hidup dan vogging dan memakai kelambu. Tahun 2017 ini Dinkes akan siapkan 1 juta kelambu bagi masyarakat NTT.” Tandasnya.

Sedang Ketua PAEI dr.Pius Weraman, SKM.,M.Kes (Dosen FKM Undana) menyatakan akan langkah awal setelah pengukuhan adalah dengan membangun komisariat disetiap kabupaten kota demi penguatan sistem organisasi. Penelitian, pengabdian dan pendidikan akan bekerja sama dengan Balai pelatihan kesehatan provinsi dalam hal sofelens yaitu pengumpulan data, kompilasi dan atasi penanganan persoalan kesehatan di provinsi NTT. Bidang usaha akan diupayakan lakukan arisan dan kopersai dan usaha-usaha lain. Dan pengendalian penyakit menular seperti malaria dan sebagainya. Seperti misalnya jika pencegahan dengan imunisasi dan sebagainya. Seperti TBC, HIV AIDS agar bisa ditekan penyebarannya. Agar jangan timbul penyakitnya baru dicari solusinya. Agar jangan sampai terjadi epidemi suatu penyakit baru yang belum ada dan muncul. Jika bisa dicegah dan dikendalikan dengan imunisasi maka akan kami lakukan.

“Jadi kerja Ahli Epidemilogi adalah seperti intelijen. Mencari dan mendeteksi dini timbulnya suatu penyakit dan melakukan pengendalian dan pencegahan agar jangan sampai lebih berkembangbiak dengan tindakan sesuai jenis penyakit. Semua data yang di jadikan dasar pembelajaran bagi epidemilogi adalah berdasarkan data riil lapangan dan ahli epidemilogi harus mempelajari sampai pembuktian dan mencari solusi pencegahan penyebaran suatu penyakit agar jangan sampai menjadi epidemi dan menimbulkan kejadian luar biasa. Kami akan bekerja sama dengan semua lini. Tapi bidang kesehatan selalu harus ada di lini depan.” Tandanya.

PAEI sudah didirikan secara nasional di Indonesia sejak tahun 1986 namun NTT baru tahun ini bisa dibentuk. Dan selanjutkan harus bermitra dengan DPR dan dinas kesehatan. Jumlah ahli epidemilogi di NTT ada 97 orang. Tapi yang asli S1 dan S2 ada 11 orang. Karena universitas yang adalah jurusan ahli Epidemilogi baru di UI dan UGM. 1990-an saja baru ada 5 orang ahli epidemilogi di NTT. Setiap program dinas kesehatan selalu berhubungan dengan epidemilogi.

Berdasarkan wilayah dan kondisi greografisnya daerah kepulauan penyebaran penyakit epidemi di NTT yang terbesar adalah penyakit malaria yaitu di Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Alor, Flores dan Pulau Timor. Dulu ada organisasi ICBC (Intensifive For Credible Bussines Control) dalam hal penanganan kasus-kasus penyakit menular di tiga kabupaten yaitu sumba barat, sumba timur dan TTS. Tapi sekarang dengan adanya Global Fund sudah ada di semua kabupaten di NTT. Fokus penanganan akan dilakukan di daerah-daerah wilayah kecil yang kondisinya kurang air seperti Alor, Sabu, Rote karena penyebaran penduduknya sangat tidak merata dan masih dibawah garis kemiskinan.

Sedangkan DR.dr.Hariadi Wibisono, Ketua PAEI memaparkan bahwa tugas PAEI sangat penting berkolaborasi dengan pemerintah daerah dalam hal memberikan masukan kepada pemerintah dalam rangka ikut mengendalikan penyebaran penyakit menular di NTT.

PAEI sendiri sudah mrmiliki 20 cabang di Indonesia termasuk NTT.

Hariadi berharap selanjutnya PAEI bisa bekerja sama dengan pemerintah daerah dan memberikan sumbangsih yang berguna bagi meningkatkan derajat kesehatan di NTT. [Sumber: Kupang Media/July Bida Rehi]

 

Lihat Juga

Gubernur Riau Apresiasi Ahli Epidemiologi Indonesia Bantu Pengendalian COVID-19

Gubernur Riau Apresiasi Ahli Epidemiologi Indonesia Bantu Pengendalian COVID-19

PEKANBARU – Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar menghadiri pelantikan pengurus Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) cabang …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *