Novel Coronavirus (nCoV) Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Novel Coronavirus (nCoV)

Novel Coronavirus (nCoV) Ancam Kesehatan Masyarakat

Oleh: Dr. Ibrahim, SKM., M.Kes

Merebaknya novel corona virus tahun 2019 atau lebih dikenal dengan 2019-nCoV, yaitu nama resmi virus corona telah menggemparkan dunia. Media berita di seluruh dunia pun telah melansir berita setiap hari dengan begitu menghebohkan.

Kota Wuhan, Cina, pada 31 Desember 2019 deklarasikan virus 2019-nCoV penyebab penyakit dan kematian yang serius. Banyak warga kota berjatuhan di berbagai fasilitas publik diduga setelah terserang virus mematikan ini.

Hingga Minggu (26/1/2020) dilaporkan setidaknya sudah 41 orang meninggal dunia akibat terjangkit virus ini. Namun demikian, WHO belum menyatakan wabah ini sebagai darurat kesehatan masyarakat global. Epidemic novel corona virus (2019-nCov), untuk menetapkan “Kejadian Luar Biasa” bagi Kota Wuhan masih menunggu perkembangan signifikan untuk nyatakan sebagai ancaman global. Meskipun Cina telah mengkarantina Wuhan dan kota-kota terdekatlainnya untuk menghentikan penyebaran virus ini.

Wuhan merupakan pusat keuangan dan perdagangan terbesar kedua di Cina. Kini, kawasan industri kota dengan pabrik mobil, industri berat, dan industri maju, juga memiliki beberapa destinasi wisata menarik. Ibu kota Provinsi Hubei ini, cukup strategis karena lokasinya berada di pertemuan Sungai Yangtze dan Sungai Han, dihuni lebih dari 11 juta penduduk (Washington Post).

Keberadaan kota Wuhan sebagai pusat perdagangan menyebabkan tingginya mobilitas penduduk. Tentu saja ini akan mengancam pada kesehatan masyarakatnya dari epidemi corona ini, khususnya dalam keamanan pangannya yang kabarnya penyebab virus korona adalah hewan liar yang diperdagangkan di pasar hewan. Virus corona merupakan penyakit zoonosis, disebarkan ke manusia dari hewan.

Kabarnya, sebagian besar dilaporkan penderita terpapar ke makanan di pasar yang menjual banyak spesies hewan liar hidup. Virus ini umumnya beredar pada hewan, tetapi beberapa dapat berevolusi untuk menginfeksi manusia dan menyebar di antara manusia.

Awalnya virus corona menyerang hewan, seperti kelelawar. Namun transmisi infeksi ke manusia kemungkinan besar terjadi dari hewan liar hidup di pasar. Setelah orang sehat terinfeksi baru menyebar ke orang lainnya. Sangat kecil kemungkinan penyebaran melalui makanan diolah secara saniter, termasuk peralatan makan yang saniter pula.

Selain itu diperkirakan virus corona telah alami mutasi dari hewan liar yang diperdagangkan di pasar hewan Wuhan seperti kelelawar, kemungkinan telah menginfeksi hewan lain misalnya pada ular di pasar itu. Juga diperkirakan adanya beberapa hewan percobaan yang lolos dari institute virology yang berada di sekitar Kota Wuhan.

Kemungkinan lainnya karena virus ini bisa ditularkan lewat udara, artinya virus bisa menempel di mana saja, terlebih lagi pada pedagang/pembeli, bahkan pada koki dan pramusaji yang menyiapkan dan mengantarkan makanan. Belum lagi ketika virus menempel pada piring atau sendok juga akan berjangkit pada orang lain lagi.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) virus ini adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari flu biasa hingga yang lebih parah seperti MERS dan SARS. Umumnya orang terinfeksi 2019-nCov memiliki gejala demam, batuk, kelelahan, sakit tenggorokan, sakit kepala, hemoptisis, dan diare.

Pneumonia berat diakibatkan oleh corona virus menampakkan gejala; 90% kasus demam, 80% letih, dan 15% distress, sel darah putih yang rendah. Faktor risiko utama memiliki riwayat perjalanan ke Cina atau wilayah terjangkit 14 hari sebelumnya. Ada kontak erat dengan kasus positif, kontak dengan hewan sebagai vektor (kelelawar, ular atau unggas yang lain) yang di nyatakan positip terinfeksi virus korona.

Otoritas Cina hingga 22 Januari 2020, sampaikan lebih dari 400 kasus telah di konfirmasi dan 9 di antaranya berakhir dengan kematian, serta tindakan pengendalian yang telah dilakukan (CNA,22.01.2020). Namun sehari kemudian, tanggal 23 Januari jumlah kasus terlapor sudah mencapai kisaran angka 8000 kasus (25 orang kematian). Trens penyebaran terus bertambah per 25 Januari 2020 Outbreak Corona di Wuhan telah membunuh 41 orang (abc.net.au).

Meski virus ini terus merebak di sejumlah negara dan belum tersedia vaksinnya, kita dapat melakukan upaya pencegahan yaitu dengan menghindari konsumsi daging dan telur mentah, rajin mencuci tangan setelah bersin/batuk, tutup mulut saat batuk/bersin dengan tisu/sapu tangan.

Selain itu istirahat yang cukup dan tepat, menjauhi area-area keramaian, bersihkan tangan dengan sabun dan air atau hand rub yang mengandung alkohol, jika memasak daging untuk dikonsumsi sebaiknya memperhatikan tingkat kematangan daging dengan baik, menggunakan perlindungan tubuh ketika akan melakukan kontak dengan binatang liar atau binatang peliharaan

Secara konkrit upaya-upaya pencegahan yang perlu dilakukan, antaranya: Pertama, hindari kontak dan pendekatan dengan pasien yang diduga terinfeksi virus. Kedua, masyarakat menghindari kontak dengan hewan, dan kasus positif terjangkit virus korona. Ketiga, masyarakat harus selalu menjaga pola hidup bersih dan sehat agar tidak mudah terjangkit penyakit.

Keempat, orang-orang yang bisa masuk dan keluar di lingkungan fasilitas perawatan, termasuk petugas kesehatan, harus memakai masker dan APD. Kelima, harus mewaspadai riwayat perjalanan saat menduga seseorang diduga terserang virus korona.

Pencegahan secara personal lainnya adalah mengurangi bepergian terutama ke wilayah terjangkit. Bagi yang pernah bersinggungan dengan orang atau wilayah terdampak untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan yang adekuat dalam rentang 14 hari setelah dari bepergian.

Edukasi kepada masyarakat terkait 2019-nCov perlu dilakukan secara serius melalui media elektronik dan media sosial. Yang terpenting untuk antisipasi pemerintah perlu perhatian serius melalui pengawasan antara lain mengaktifkan thermal scanner pada setiap pintu masuk ke Indonesia.

Kemenkes sudah tetapkan penatalaksanaan melalui penyiapan laboratorium, tenaga medis, ruang isolasi, obat-obatan, dan fasilitas kesehatan untuk penanganan kasus virus corona. Juga Dinas Kesehatan di daerah yang menjadi pintu masuk, harus lebih intens memastikan peredaran orang masuk yang steril.

Tentu saja deteksi dini dan respon wilayah pada situasi kegawatdaruratan ini memerlukan koordinasi yang kuat dari seluruh pemangku kepentingan; Tindakan segera yang harus dilakukan adalah tatalaksana kasus dengan baik bila ditemukan. Penyelidikan epidemiologi dan pengambilan specimen harus dilakukan secara cepat dan tepat. Kondisi kekinian mengharuskan setiap Rumah Sakit untuk siaga satu KLB nCov sebelum terlambat.

Rumah Sakit, Puskesmas dan Klinik untuk meningkatkan kewaspadaan, menyiapkan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai standar, meningkatkan kompetensi petugas kesehatan yang paham dan taat prosedur, protocol standar yang dipahami dan dijalankan dengan baik mutlak diperlukan dalam menghadapi 2019-nCov.

Diharapkan kepada masyarakat agar tidak panik (bek panik) menghadapi virus corona ini, tetap menjaga kesehatan dengan pola hidup sehat.

 

*)  Dosen Poltekkes Kemenkes Aceh, Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Aceh Utara

Sumber: serambinews.com

Lihat Juga

Sistem Informasi Surveilans Epidemiologi

PAEI Hadirkan Aplikasi Sistem Informasi Surveilans Epidemiologi di Gorontalo

Kota Gorontalo, Dinkesprov – Ketua Umum Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), Dr. dr. Hariadi Wibisono …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *