Novel Coronavirus 2019

Novel Coronavirus 2019 (2019-nCov) Menyebar Teror

Oleh: Prof. Dr. Ridwan Amiruddin, SKM, M.Kes., MSc., PH.

Menyambut tahun baru Imlek tahun ini yang jatuh pada tanggal 25 Januari 2020, dunia digoncang oleh epidemic 2019-nCov yang menggila di Wuhan China yang berbuntut dengan penutupan berbagai sarana public di kota tersebut dan menjadikan kota sebagai kota seperti kota sombie, sejumlah orang berjatuhan di tempat public karena terserang virus corona.

Ancaman terhadap kesehatan masyarakat terhadap epidemic korona ini disebabkan oleh mobilitas penduduk yang sangat tinggi dalam traveling, perdagangan global, dan tentu pada keamanan pangan. Sifat epidemic berbasis zoonotic ini berdampak lebih buruk pada populasi terdampak dengan wilayah yang cenderung semakin meluas menuju pandemic dunia.

Penyebab Virus Corona di tengarai telah mengalami mutasi dari hewan liar yang diperdagankan secara liar di pasar hewan Wuhan tertutama dari kelelawar dan kemungkinan mengalami lompatan ke hewan lain misalnya pada ular di pasar tersebut. Atau kemungkinan lolosnya beberapa hewan percobaan dari Institute virology yang berada di sekitar kota Wuhan.

Corona virus sebagai penyebab pneumonia berat tersebut memiliki gejala; demam 90% kasus, letih 80%, distress 15%, sel darah putih yang rendah. Faktor risiko utama memiliki riwayat perjalan ke China atau wilayah terjangkit 14 hari sebelumnya. Ada kontak erat dengan kasus positif 2019-nCov. Mengunjungi RS dengan kasus nCov yang terlaporkan positip, kontak dengan hewan yang ditengarai sebagai vektor (kelelawar, ular atau unggas yang lain) di negara yang di nyatakan positip nCov..

Mutasi corona menjadi lebih buruk dari virus sebelumnya dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memproduksi vaksinnya. Kasus pertama terlaporkan pada tanggal 31 Desember 2019 dengan jumlah kasus sebanyak 27 kasus di Propinsi Hubei China, kemudian direvisi menjadi 41 kasus pada 11 Januari 2020 dengan tuju kasus pneumonia berat dan meninggal 1 orang.

Pihak otoritas China dalam press releasenya pada Rabu 22 Januari mengumunkan lebih dari 400 kasus yang telah di konfirmasi dengan 9 kematian, serta menjelaskan tindakan pengendalian yang telah dilakukan (CNA,22.01.2020)

Pada tanggal 23 Januari jumlah kasus terlapor sudah mencapai angka sekitar 8000 kasus dengan kematian sebanyak 25 orang. Progres penyebaran terus bergerak Per 25 Januari 2020 Outbreak Corona di Wuhan telah membunuh 41 orang (abc.net.au).

Epidemic novel corona virus, dengan jumlah populasi yang terdampak sekitar 8000 orang dengan jumlah kematian sekitar 25 orang dengan populasi kota Wuhan yang sekitar 11 juta orang, menjadikan kejadian luar biasa untuk kota Wuhan, tetapi masih menunggu perkembangan lebih jauh untuk mengatakannya sebagai ancaman global. Dengan jumlah kasus yang meningkat secara progressive tersebut maka kesiapsiagaan seluruh Negara mutlak untuk diperhatikan. Melangsir prediksi potensi epidemic beberapa ahli, bahwa besar kemungkinan 2019 nCov dapat menyebabkan kematian hingga 33 juta orang bila tidak di lakukan tindakan sistematis dan terkendali yang melibatkan seluruh potensi.

Dampak epidemic nCov selain korban jiwa yang terus meningkat, juga akan berpengaruh pada; stabilitas suatu negara, kepanikan warga, goncangan bahkan kelumpuhan ekonomi akan menjadi tantang serius bagi penyelenggara pemerintahan.

Protokol International health regulation telah memberikan perhatian tentang potensi terjadinya ledakan penyakit infeksi menular baru yang bersifat mematikan tersebut dengan pendekatan ‘detect, respons and prevent” melalui program surveillance aktif maupun passif dan karantina menjadi sangat urgen untuk terus di jalankan.

Mengantisipasi kasus serupa di Indonesia; pengawasan pada setiap entry point masuk Indonesia baik udara, laut maupun wilayah perbatasan menjadi keharusan. Pemasangan thermal detector yang berfungsi dengan baik dan kesiapan petugas setiap saat menjadi perhatian yang serius terutama untuk moda angkutan yang berasal dari daerah terkontaminasi corona. Kesiapsiagaan RS perlu mendapat perhatian serius; sdm yang terlatih paham dan taat prosedur, prasarana yang siap guna, ruang isolasi yang cukup, protocol standar yang dipahami dan dijalankan dengan baik menjadi kemutlakan. Semoga RS yang sudah ditunjuk dapat berfungsi dengan optimal. RS harus siap menghadapi ancaman global epidemic kapan saja persitiwa itu terjadi.

Deteksi dini dan respon wilayah pada situasi kegawat daruratan ini memerlukan koordinasi yang kuat dari seluruh pemangku kepentingan; Tindakan urgens yang harus dilakukan tentu tatalaksana kasus dengan baik, komunikasi berisiko yang baik, notifikasi ke pejabat berwenang, penyelidikan epidemiologi dan pengambilan specimen. Kondisi kekinian mengharuskan setiap RS untuk siaga satu KLB nCov sebelum terlambat.

Pencegahan secara personal adalah tentu dengan menjaga personal hygiene, mengurangi bepergian terutama untuk wilyah terjangkit, menghindari kontak dengan penderita, memkai masker yang tepat, tidak berinteraksi dengan hewan penyebar virus corona serta meningkatkan imunitas individu dan kelompok. Bagi pelancong yang pernah bersinggungan dengan orang atau wilayah terdampak untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan yang adekuat dalam rengtang 14 hari setelah dari bepergian. Selanjutnya setiap orang diharapkan tidak menggunakan situasi ini untuk membuat berita yang menyesatkan. Karena itu komunikasi berisiko petugas dengan pasien dan keluarga pasien dan media menjadi perhatian yang penting.

*) Ketua Prodi Program studi Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat Univ. Hasanuddin, Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia Cabang Sulawesi Selatan dan PERSAKMI

Sumber: rakyat.news

Lihat Juga

Sistem Informasi Surveilans Epidemiologi

PAEI Hadirkan Aplikasi Sistem Informasi Surveilans Epidemiologi di Gorontalo

Kota Gorontalo, Dinkesprov – Ketua Umum Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), Dr. dr. Hariadi Wibisono …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *