Sumber : Bahan tayang disajikan pada kegiatan Consolidation Meeting Bandung, 19-21 Januari 2016

Field Epidemiology Training Program (FETP) Indonesia

Perkembangan FETP di Indonesia

FETP di Indonesia dimulai pada tahun 1982, merupakan program pendidikan epidemiologi lapangan selama 2 (dua) tahun di Departemen Kesehatan, dimana para pengajar langsung dari US-CDC. Tantangan yang dihadapi saat itu adalah sedikit sekali yang tertarik pada pendidikan “non gelar”, mengingat gelar merupakan hal yang penting untuk jenjang karier. Kebijakan Departemen Kesehatan menyatakan agar para pejabat eselon memiliki gelar Strata dua (S-2).

Kerjasama dengan Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gajah Mada (UGM) dimulai pada tahun 1989. Merupakan program Master yang sepenuhnya dilaksanakan oleh Universitas. Dalam kurikulum terdapat beberapa komponen lapangan, namun hanya sebagian kecil dari seluruh waktu pendidikan. Pada tahap ini tantangan yang dihadapi adalah kurangnya komunikasi antara user (Kementerian Kesehatan sebagai pengguna lulusan) dengan produsen (Universitas),  pendekatan lapangan yang minimal serta lebih banyak pada pendekatan akademik, secara internasional FETP  Indonesia tidak terdengar, karena tidak ada akses atau kolaborasi dengan kegiatan-kegiatan Internasional.

Revitalisasi FETP dimulai pada September 2008, kembali ke konsep dan semangat FETP yang asli dimana 75 % merupakan komponen lapangan dan 25 % komponen akademik di kelas. FETP dilaksanakan atas kerjasama Kementerian Kesehatan dengan Universitas. Adapun  Sekretariat  FETP  di dirikan di Kementerian Kesehatan antara lain adalah untuk:

  1. Mengelola koordinasi dengan/antara: Kementerian Kesehatan (Surveilans dan atau program-program pengendalian penyakit), Badan PPSDM terkait beasiswa tugas belajar dan rencana tenaga kesehatan, Universitas-universitas, Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia serta Stake Holder Internasional seperti misalnya TEPHINET (global FETP network).
  2. Hal-hal yang dikerjakan oleh sekretariat FETP, adalah untuk:
    1. Memastikan kelanjutan FETP dengan melakukan advokasi ke Kementerian kesehatan, website dan laporan serta sharing informasi.
    2. Mengimplementasikan  “yearly National Scientific Conference on Epidemiology”.
    3. Meningkatkan kualitas FETP melalui proses input teknis dan memastikan untuk penempatan lapangan pada peserta program dengan memberikan pengalaman belajar yang baik.

Diharapkan sebagai Ahli Epidemiologi lapangan, lulusan FETP mempunyai kompetensi sebagai berikut:

  1. Metodologi Epidemiologi
  2. Surveilans
  3. Epidemiologi Penyakit
  4. Biostatistik
  5. Penanggulangan Penyakit
  6. Laboratorium dan Biosafety
  7. Informatika
  8. Tehnik Komunikasi
  9. Manajemen dan kepemimpinan
  10. Tehnik mengajar pelatihan dan Bimbingan.

Dengan kompetensi tersebut para Ahli Epidemiologi Lapangan ini mampu:

  1. Menilai / menganalisa pola penyakit dan risiko kesehatan masyarakat
  2. Mengembangkan strategi pencegahan yang kemudian di rekomendasikan kepada pejabat  pembuat kebijakan

Manfaat yang diperoleh dari pendidikan FETP adalah  mampu:

  1. Menerapkan konsep Epidemiologi pada jabatan fungsional dan struktural
  2. Menjadi pemimpin dan ahli dalam bidang kesehatan masyarakat
  3. Dapat bekerja di Institusi Kesehatan Nasional maupun Internasional
  4. Menjadi anggota alumni FETP atau Organisasi Profesi dan terlibat dalam jejaring nasional (PAEI) serta internasional (THEPINET dan GOARN)

Gambaran persebaran  lulusan peserta program  FETP  tiap  kepulauan di Indonesia  dapat dilihat dalam tabel berikut:

Sumber : Bahan tayang disajikan pada kegiatan Consolidation Meeting Bandung, 19-21 Januari 2016
Sumber: Bahan tayang disajikan pada kegiatan Consolidation Meeting Bandung, 19-21 Januari 2016

Dari tabel tersebut  terlihat bahwa  masih sangat dibutuhkan tenaga lulusan program FETP terutama di wilayah Timur Indonesia .

Selain persebaran lulusan peserta program FETP secara proporsional di wilayah Indonesia, juga distribusi lulusan program FETP yang berlatar belakang medis (Medical) relatif lebih kecil dibandingkan dengan yang non medis (Non Medical), seperti yang terlihat pada tabel berikut  ini:

Sumber : Bahan tayang disajikan pada kegiatan Consolidation Meeting Bandung, 19-21 Januari 2016
Sumber: Bahan tayang disajikan pada kegiatan Consolidation Meeting Bandung, 19-21 Januari 2016

Pada tebel diatas terlihat bahwa sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2014, jumlah peserta program FETP yang berlatar belakang medis  relatif  lebih kecil dibanding yang berlatar belakang non medis. Pada tahun 2011 dan 2012 saat jumlah peserta program FETP  meningkat, juga tidak diikuti dengan minat peserta yang berlatar belakang pendidikan medis, padahal sebenarnya masih sangat diperlukan  saat ini maupun diwaktu yang akan datang. Permasalahan kesehatan masyarakat yang membutuhkan penyelesaian dari aspek medis masih sangat  banyak.

Berdasarkan sebaran menurut “gender”, jumlah lulusan  peserta program FETP lebih di dominasi oleh para pria dibanding wanitanya. Hal ini seperti terlihat  pada tabel berikut:

Sumber : Bahan tayang disajikan pada kegiatan Consolidation Meeting Bandung, 19-21 Januari 2016
Sumber: Bahan tayang disajikan pada kegiatan Consolidation Meeting Bandung, 19-21 Januari 2016

Dalam perjalananan program pendidikan FETP ini banyak masalah yang dihadapi dan merupakan tantangan bagi pihak-pihak terkait.

 

Oleh: Dr. I Nyoman Kandun, MPH

Dr. I Nyoman Kandun, MPH adalah Penanggung Jawab Program  FETP di Indonesia. 
Email: fetpindonesia@yahoo.com
Website: http://fetpindonesia.wix.com/fetp-indonesia

Lihat Juga

Materi Ngobras 5: HF Serological Surveillance For Malaria



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *