PAEI.OR.ID – IMUNOLOGI berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari dua kata Immunis dan Logos. Immunis yang berarti kebal atau bebas, sedangkan logos berarti ilmu. Kata immunis dahulu dipakai pada masa kerajaan Romawi untuk menyebut warganya yang terbebas dari membayar pajak atau kerja paksa. Namun gabungan kedua kata immunis dan logos ini tidak diartikan sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara untuk menghindar dari kewajiban membayar pajak.
Dirunut dari sejarahnya, ternyata imunologi sudah dikenal sejak ratusan tahun sebelum masehi, Raja Mithridates Eupatoris VI seorang Raja Yunani yang hidup pada 132-63 SM sebagai orang pertama yang dianggap ahli imunologi pertama di dunia. Saat itu Raja Mithridates Eupatoris VI itu selalu merasakan kegalauan dan kegelisahan dalam masa pemerintahannya dikarenakan beliau takut pada musuh-musuh yang tidak nampak olehnya suatu saat akan membunuhnya dengan menggunakan racun, Sang Raja pun mengebalkan dirinya dengan cara mencari segala jenis racun yang ada pada saat itu dan meminumnya sedikit demi sedikit sehingga dirinya kebal terhadap racun tersebut. Maka kemudian usaha pengebalan diri terhadap racun yang dilakukan Raja Yunani ini dinamakan mithridatisme.
Sebutan imunitas pertama kali diketahui ketika terjadi wabah di Athena tahun 430 SM. Thucydides ahli sejarah perang Peloponnesia menggambarkan terjadinya wabah di Athena, Thucydides mencatat bahwa orang yang sembuh dari penyakit sebelumnya dapat mengobati penyakit tanpa terkena penyakit sekali lagi. Pada abad ke-12, bangsa Cina juga menerapkan pengetahuan yang sama untuk menanggulangi wabah penyakit cacar yang telah menelan korban dalam jumlah sangat banyak. Mereka dengan sengaja mengoleskan cairan atau kerak kulit yang berasal dari penderita cacar. Karena cara ini dipandang banyak mengandung risiko yang sangat merugikan, kemudian cara ini diganti manjadi cara penularan yang pasif, yaitu hanya dengan membaurkan orang yang sehat dengan orang yang menderita cacar. Cara pencegahan penularan ini kemudian dikenal dengan istilah variolasi.
Beratus tahun kemudian, terjadi wabah penyakit sampar yang mematikan berjangkit di Eropa seorang sejarawan mencatat hasil pengamatannya bahwa mereka yang pernah sembuh setelah menderita penyakit sampar sebelumnya ternyata terhindar dari serangan wabah penyakit sampar yang meluas ini. Pengetahuan ini pun dimanfaatkan untuk membuat kebal seseorang dari penyakit menular dengan menularkan secara sengaja orang yang sakit kepada orang yang sehat, sehingga bila terjadi wabah mematikan penyakit tersebut, maka orang tersebut akan menjadi kebal. (Masdalina Pane)
Selanjutnya Imunologi Modern | Pengertian Imunologi